Selama bertahun-tahun, para ilmuwan berpikir Bumi begitu unik karena merupakan satu-satunya planet di Tata Surya kita yang memiliki banyak air di permukannya, kurang lebih sekitar 70% air menutupi Bumi.
Nah, semakin kita menjelajah, semakin kita menyadari bahwa kita hidup dalam Tata Surya yang lembab. Air bersembunyi di hampir setiap objek Tata Surya. Awal pekan lalu (28/9), NASA mengumumkan bahwa tetangga terdekat kita, Mars, memiliki air cair di permukaannya.
Salah satu pertanyaan yang paling umum adalah, "Apakah air di Mars dapat manusia minum?" Jawaban singkatnya adalah, IYA. Namun, tidak sesederhana itu. Sekarang, kita tahu bahwa air di Mars tidak benar-benar mengalir di permukaan Mars, melainkan merembes.
Robot penjelajah Curiosity yang sudah mendarat di Mars sejak Agustus 2012 silam telah memberi tahu kita bahwa tanah Mars kaya akan jenis garam terhidrasi yang disebut perklorat. Kehadiran garam-garam ini adalah yang membuat adanya air cair di Mars.
Dalam lingkungan Mars yang sangat ekstrim, air murni tidak dapat bertahan lama di permukaannya. Penambahan garam dari tanah Mars mengubah suhu di mana air membeku atau menguap, sehingga memungkinkan air untuk tetap dalam bentuk cair lagi. Astronot masa depan yang tinggal dan bekerja di Planet Merah tidak akan minum air asin tersebut. Justru kita perlu menemukan sumber air lain di sana.
Kita tahu lebih banyak tentang Mars daripada planet lainnya di Tata Surya kita (selain Bumi), karena kita telah menghabiskan 50 tahun terakhir mempelajari sang planet tetangga ini. Dengan begitu, para ilmuwan memiliki pemikiran yang cukup baik tentang seperti apa interior Mars. Kita juga tahu bahwa di kutub Utara Mars ada karbon dioksida beku.
Menurut Jim Green, direktur divisi ilmu keplanetan NASA, kunci untuk menemukan air minum di Mars adalah menemukan akuifer air tawar di bawah permukaannya. Berdasarkan data yang dikumpulkan sejauh ini, kita tahu sumber air tersebut memang ada, tapi kita belum yakin seberapa banyak sumber air ini dan di mana tepatnya berada.
Green mengatakan kesempatan terbaik kita untuk pemetaan akuifer tersebut adalah dengan meluncurkan robot penjelajah baru ke Mars pada tahun 2020. Robot penjelajah tersebut harus dilengkapi dengan radar penembus tanah, robot akan memberikan citra struktur geologi bawah permukaan Mars.
Sementara lokasi pendaratan resmi untuk robot tahun 2020 tersebut belum ditentukan, para ilmuwan harus berhati-hati ketika membuat keputusan. Robot penjelajah Mars 2020 akan dilengkapi dengan generator radioisotop termoelektrik, yang merupakan sumber tenaga nuklir.
Lalu mengapa tidak menggunakan robot penjelajah Curiosity yang sekarang sudah berada di Mars? Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah pernyataan NASA baru-baru ini, Curiosity tidak diizinkan untuk berkeliaran lebih jauh di Planet Merah, ada pedoman khusus yang mengatur di mana robot bisa dan tidak bisa pergi.
Nantinya, robot penjelajah Mars 2020 tidak hanya akan membantu kita menemukan sumber air minum, tapi juga akan menguji teknologi yang dibutuhkan untuk misi pendaratan manusia di Mars pada masa mendatang.
0 Komentar