Ilustrasi pendekatan Komet Siding Spring dengan planet Mars
Komet Siding Spring melintas dekat planet Mars tahun lalu memberikan pandangan sekilas langka bagaimana komet Awan Oort berperilaku.
Komet melintas dekat Mars pada kisaran jarak hanya 83.900 mil (135.000 kilometer) - cukup dekat bahkan lebih dekat dari jarak bumi ke bulan (jarak bumi ke bulan 384,400 km) untuk memukul atmosfer atas Mars yang lemah dengan gas dan debu.
Studi baru menemukan, hanya dalam terbang lintas singkat, komet membuang sekitar 1.000 sampai 2.000 kg debu yang terbuat dari magnesium, silikon, kalsium dan potasium - yang semuanya elemen pembentuk batuan - ke atmosfer atas Mars.
Komet Siding Spring juga meninggalkan sejumlah besar karbon dioksida, nitrogen dan air yang tidak dapat dideteksi karena atmosfer Mars juga terdiri dari unsur-unsur tersebut. Namun, efek jangka panjang sangat minim, kata pemimpin penulis Carey Lisse, seorang astrofisikawan senior di Johns Hopkins University Applied Research Laboratory.
"Itu cukup sementara," kata Lisse. "Langit Mars tercemar oleh debu, tapi sepertinya itu berlangsung selama satu atau dua hari Mars, dan kemudian sudah hilang setelah itu."
Data baru dari satelit NASA yang mengitari Mars menunjukkan bahwa ketika komet bernama Siding Spring melintas sangat dekat dengan planet merah, berton-ton debu komet membombardir langit Mars yang membentuk ribuan bola api yang terlihat dalam satu jam. Peristiwa ini membuat atmosfer Mars diselubungi oleh segala macam logam dan sisa-sisa cahaya kuning menakutkan pada 19 Oktober 2014.
Hujan meteor ini mengandung magnesium, sodium, besi dan lima logam lainnya dan sangat deras, mungkin bisa dikategorikan sebagai Badai Meteor, kata ilmuwan Nick Schneider dari University of Colorado. Lonjakan magnesium secara fisik mengubah atmosfer di sekitar Mars, sementara natrium meninggalkan cahaya kekuningan di langit setelah hujan meteor selesai, katanya.
"Peristiwa ini akan sangat menakjubkan jika dilihat oleh mata manusia", kata Schneider, yang merupakan pemimpin ilmuwan di salah satu instrumen wahana pengorbit di planet Mars.
Pandangan terbaik akan terlihat dari permukaan Mars, di mana NASA memiliki rovers Opportunity dan Curiosity yang menengadah di langit Mars. Tapi rovers hanya bisa mengambil gambar diam, kata kepala ilmuwan keplanetan Jim Green. Tidak ada video yang menangkap bintang jatuh sehingga membuatnya menjadi pertunjukan cahaya spektakuler. (Sampai saat ini belum ada penampakan meteor terang yang dilaporkan oleh Rover di permukaan).
Sebagai gantinya, satelit NASA mencatat banyak data ilmiah, yang memungkinkan para astronom untuk menjelaskan seperti apa kejadiannya.
Saat terbang melintas Mars pada 19 Oktober, wahana Mars Atmosphere and Volatile Evolution (MAVEN), NASA Mars Reconnaissance Orbiter (MRO) dan wahana Mars Express milik ESA mendeteksi ionisasi yang sangat kuat di ionosfer Mars '. Ionisasi ini disebabkan oleh partikel komet yang menghujani Mars melalui bagian atas atmosfer, menghasilkan menghasilkan lapisan partikel bermuatan (saat debu komet memasuki atmosfer Mars yang menghasilkan lesatan meteor).
Inti dari komet ini melaju di sekitar planet Mars dengan kecepatan lebih dari 125.000 mph (201.200 kph) dan intinya kemungkinan memiliki diameter sekitar 1,2 mil (2 km).
Itu tidak hanya besar, tapi serangan debunya jauh lebih besar dari dugaan NASA, kata Green. Model NASA memperkirakan bahwa debu tidak akan cukup untuk membahayakan satelit di orbit sekitar Mars, tapi NASA tetap memindahkan semua satelitnya ke sisi lain Mars untuk menghindari debu komet ini dan ternyata, hal tersebut cukup bijak.
Komet berasal dari Awan Oort, wilayah di tepi tata surya kita. Komet yang berasal dari sana seperti ini sangat jarang terjadi, kemungkinan terjadi sekitar 8 juta tahun sekali. Dan ketika mereka datang ke arah matahari mereka tidak berdebu seperti komet lain, lebih murni, kata para astronom. (Karena komet dari Awan Oort jenis ini perihelionnya/pendekatan terdekatnya terhadap Matahari cukup jauh).
"Kami belum pernah memiliki kesempatan untuk mengamati komet Awan Oort dari dekat," kata Green. "Ga usa capek-capek datangi komet itu, orang kometnya sendiri yang datang kepada kita."
Kita sudah bisa memprediksi jika ada sebuah komet yang melintas sangat dekat dengan bumi, kejadian serupa juga bisa terjadi di bumi.