Titan, satelit alami terbesar milik Saturnus. Kredit: NASA/JPL-Caltech
Titan (atau Saturnus VI) adalah satelit alami terbesar Saturnus. Satelit ini merupakan satu-satunya satelit alami yang memiliki atmosfer padat, dan satu-satunya objek selain Bumi yang terbukti memiliki cairan di permukaan. Titan ditemukan pada tanggal 25 Maret 1655 oleh astrofisikawan Belanda Christiaan Huygens.
Huygens terilhami oleh penemuan empat satelit terbesar Jupiter oleh Galileo pada tahun 1610 dan pemutakhiran teknologi teleskopnya. Christiaan Huygens, dengan bantuan saudaranya Constantijn Huygens, Jr., mulai membangun teleskop sekitar tahun 1650. Huygens bersaudara menemukan satelit pertama yang mengorbit Saturnus dengan teleskop pertama yang mereka bangun.
Christiaan Huygens dengan mudah menamai penemuannya sebagai Saturni Luna (atau Luna Saturni, dalam bahasa Latin berarti "bulan Saturnus"), dan menerbitkannya dalam risalahnya pada tahun 1655, De Saturni Luna Observatio Nova.
Setelah Giovanni Domenico Cassini menerbitkan penemuan empat satelit Saturnus lainnya antara tahun 1673 hingga 1686, astronom mulai terbiasa menamai satelit tersebut dan Titan dengan sebutan Saturnus I hingga V (dengan Titan pada posisi keempat).
Epitet lain yang awalnya digunakan adalah "satelit biasa Saturnus." Titan secara resmi dinomori Saturn VI karena setelah penemuan pada tahun 1789, skema penomoran dihentikan untuk menghindari kebingungan (Titan pernah diberi nomor II, IV, dan VI).
Nama "Titan" diusulkan oleh John Herschel (putra dari William Herschel, penemu Mimas dan Enceladus, satelit-satelit Saturnus) dalam terbitan 1847-nya Results of Astronomical Observations made at the Cape of Good Hope. Nama tersebut berasal dari Titan (bahasa Yunani Kuno: Τῑτάν), yang dalam mitologi Yunani merupakan ras dewa-dewi yang kuat dan keturunan dari Gaia dan Uranus serta saudara kandung Kronos.
Mengenal Titan
Titan adalah satelit elipsoidal keenam dari Saturnus. Satelit ini seringkali digambarkan sebagai satelit yang mirip planet dan memiliki diameter yang 50% lebih besar dari Bulan, sementara massanya 80% lebih besar. Satelit ini merupakan satelit terbesar kedua di Tata Surya, setelah satelit Ganymede di Jupiter, dan volumenya lebih besar daripada planet Merkurius.
Titan mengorbit Saturnus setiap 15 hari 22 jam. Seperti satelit lainnya, periode rotasinya sama dengan periode orbitnya; Titan terkunci secara pasang surut dalam rotasi sinkron dengan Saturnus, sehingga salah satu belahan selalu menghadap planet.
Akibatnya, terdapat titik sub-Saturnus di permukaannya, dan di situ Saturnus akan tampak seolah tergantung tepat di atas kepala. Garis bujur di Titan diukur ke arah barat dari meridian yang melewati titik ini. Eksentrisitas orbitnya tercatat sebesar 0,0288, dan bidang orbitnya terinklinasi 0,348 derajat relatif terhadap khatulistiwa Saturnus.
Titan adalah satu-satunya satelit dengan atmosfer yang padat. Atmosfer ini kaya akan nitrogen, dan pengamatan dari atmosfer oleh Cassini pada tahun 2004 menunjukkan bahwa atmosfer Titan berotasi lebih cepat dari permukaannya (seperti planet Venus). Pengamatan dari wahana Voyager telah menunjukkan bahwa atmosfer Titan lebih padat dari atmosfer Bumi, dengan tekanan permukaan sekitar 1,45 kali Bumi.
Secara keseluruhan atmosfer Titan 1,19 kali lebih besar dari atmosfer Bumi, atau 7,3 kali lebih besar berdasarkan luas per permukaan. Akibat gravitasi yang rendah, atmosfer Titan lebih luas dari Bumi.
Di atmosfer Titan terdapat lapisan kabut buram yang menghalangi cahaya dari Matahari dan sumber lain yang membuat kenampakan permukaan Titan tampak kabur. Atmosfer Titan juga tampak buram dalam berbagai panjang gelombang dan spektrum reflektansi permukaan sulit didapat dari orbit. Baru setelah tibanya misi wahana antariksa Cassini–Huygens pada tahun 2004, citra langsung permukaan Titan dapat diperoleh, dan citra di atas adalah hasilnya.