Variasi warna planet merkurius ini menandakan adanya komposisi mineral, bebatuan dan bahan kimia di permukaannya.Kredit: NASA/JHUAPL
Untuk planet yang berukuran cukup kecil, Merkurius justru menjadi teka-teki yang sangat besar bagi para ilmuwan. Penelitian menggunakan wahana antariksa MESSENGER milik NASA telah mengungkapkan bahwa planet ini kaya akan unsur yang mudah menguap dari permukaan, seperti belerang, klorin, natrium dan kalium.
Hal ini sangat aneh dan mengejutkan, karena zat semacam ini kemungkinan besar akan hilang selama proses pembentukan planet, apa lagi untuk planet yang berjarak begitu dekat dengan Matahari seperti Merkurius ini.
Para ilmuwan saat ini juga bekerja keras untuk memahami mengapa Merkurius begitu gelap dan apa unsur-unsur yang ada dalam kerak planet ini. Penelitian para ilmuwan kini memang mulai mendapatkan jawaban, tetapi juga mengangkat banyak pertanyaan baru.
Pencarian Kerak Tertua
Jika Anda melihat permukaan Bulan, Anda akan melihat aliran lava gelap yang berada di sekitar dataran tinggi di permukaannya yang nampak lebih cerah. Dataran tinggi tersebut adalah kerak tertua di Bulan dan terbentuk dari tumpukan kristal yang disebut anorthite, yang naik ke atas lautan magma global pasca-kelahiran Bulan beberapa miliar tahun yang lalu.
Tapi jika Anda melihat Merkurius, seperti citra yang terlihat selama selama kampanye orbital MESSENGER tahun 2011-2015, Anda akan melihat tidak ada hal seperti di Bulan, tidak ada wilayah yang cerah atau terang, alias semuanya gelap.
Ya, permukaan Merkurius gelap di mana-mana. Tampilan gelap dari planet Merkurius disinyalir berasal dari 'hujan' debu komet yang seakan 'mengecat' permukaan Merkurius selama miliaran tahun lamanya. Awalnya, para peneliti penasaran mengapa Merkurius jauh lebih kelam dari sang Bulan dan hanya merefleksikan sepertiga dari jumlah sinar yang dipancarkan oleh Bulan.
Berdasarkan pengamatan wahana antariksa MESSENGER, NASA mengungkap permukaan Merkurius mengandung zat besi yang kurang dari dua persen. Padahal, banyak benda antariksa tak berangin bisa berwarna gelap karena mengandung zat besi.
Permukaan Merkurius yang gelap dipotret melalui MESSENGER. Kredit: NASA/JHUAPL
"Satu hal yang belum dipertimbangkan sebelumnya adalah karbon. Karbon sangat berlimpah di komet dan bisa tersebar melalui debu komet," ujar Megan Bruck Syal selaku pemimpin penelitian dari Lawrence Livermore National Laboratory.
Walau begitu, komet berukuran besar tidak selalu punya andil dalam penyebaran karbon yang bisa menggelapkan permukaan Merkurius, karena mereka cenderung menyerang planet dengan kecepatan tinggi sehingga semua materi yang terkena efeknya akan melesat ke luar angkasa.
Para peneliti mengaku sudah memperkirakan berbagai pengaruh dari perbedaan sudut dan kecepatan komet. "Partikel debu kecil yang kurang dari satu milimeter juga bisa kaya akan karbon dan mereka biasanya berasal dari komet berkecepatan rendah," kata Syal lagi.
Setelah menentukan karbon dari debu komet yang menghiasi permukaan Merkurius, tim Syal harus memastikan bahwa planet ini bisa dihantam oleh debu komet dalam jumlah banyak agar betul-betul bisa menyelimuti permukaan.
Mereka pun menemukan hasil bahwa kepadatan atau massa jenis debu komet meningkat seiring dengan jarak yang dekat dari matahari. Mereka juga mengungkapkan, Merkurius terkena debu komet sekitar 50 kali.
Komposisi yang Aneh
Menurut riset terbaru, kemungkinan besar inti Merkurius adalah cair. Mantel setebal 600 km menyelimuti inti Merkurius dan kerak dari Merkurius diduga setebal 100 sampai 200 km. Permukaan Merkurius mempunyai banyak perbukitan yang kurus, beberapa mencapai ratusan kilometer panjangnya. Diduga perbukitan ini terbentuk karena inti dan mantel Merkurius mendingin dan menciut pada saat kerak sudah membatu.
Merkurius mengandung besi lebih banyak dari planet lainnya di Tata Surya dan beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskannya. Teori yang paling luas diterima adalah bahwa Merkurius pada awalnya mempunyai perbandingan logam-silikat mirip dengan meteor Kondrit umumnya dan mempunyai massa sekitar 2,25 kali massanya yang sekarang.
Gunung berapi di Merkurius. Kredit: NASA/JHUAPL
Namun pada awal sejarah Tata Surya, Merkurius tertabrak oleh sebuah planetesimal berukuran sekitar seperenam dari massanya. Benturan tersebut telah melepaskan sebagian besar dari kerak dan mantel asli Merkurius dan meninggalkan intinya. Proses yang sama juga telah diajukan untuk menjelaskan penciptaan dari Bulan.
Teori yang lain menyatakan bahwa Merkurius mungkin telah terbentuk dari nebula Matahari sebelum energi keluaran Matahari telah stabil. Merkurius pada awalnya mempunyai dua kali dari massanya yang sekarang, namun dengan mengambangnya protomatahari, suhu di sekitar merkurius dapat mencapai sekitar 2500 sampai 3500 Kelvin dan mungkin mencapai 10000 Kelvin.
Sebagian besar permukaan Merkurius akan menguap pada temperatur seperti itu, membuat sebuah atmosfer "uap batu" yang mungkin tertiup oleh angin surya.
Sementara itu, orang-orang di sebagian besar dunia akan memiliki peluang bagus untuk melihat Merkurius ketika planet ini transit di depan Matahari pada 9 Mei 2016.