Atmosfer Venus, hampir sepenuhnya karbondioksida. Angin kencang di atmosfer teratas, menciptakan vorteks di kutubnya. (NASA/JPL)
Planet Venus menjaga rahasianya sendiri dengan baik: Lapisan awan tebal—sebagian besar mengandung asam sulfat beracun—menyelubungi permukaan vulkanik berkawahnya. Atmosfer tebal itu menciptakan efek rumah kaca, memanaskan permukaannya hingga 480ºC dan menjadikan Venus lebih panas daripada Merkurius meskipun letaknya lebih jauh dari matahari. Pesawat ruang angkasa European Space Agency Venus Express, yang diluncurkan dari Kazakhstan pada 2005, telah melewatkan delapan tahun untuk mempelajari planet tersebut.
Gambar dari pesawat ruang angkasa itu mengungkapkan dinamika luar biasa di atmosfer bagian atasnya—angin berembus hingga 400 kilometer per jam, kecepatan yang 60 kali lebih besar daripada rotasi planet tersebut. Sebagai perbandingan, kecepatan rotasi rata-rata Bumi di garis Ekuator adalah sekitar 1.600 kilometer per jam.
Kutub Selatan ditunjukkan dalam foto-foto persegi, masing-masing mencakup area selebar 4.000 kilometer. (ESA/VIRTIS-VENUS EXPRESS/INAF-IAPS/LESIA-OBS. PARIS/G. PICCIONI)
Angin menciptakan pusaran besar turbulensi di kutub Venus. Garis lintang yang lebih rendah menerima lebih banyak sinar matahari, memanaskan gas kemudian bergerak ke arah kutub yang lebih dingin. Di sana, gasnya mendingin dan mengendap, berpusar-pusar. Vorteks-vorteks ini merupakan vorteks paling bervariasi di dalam sistem tata surya kita, menciptakan seribu wajah bagi Venus dan menambah daya tariknya.