Langkah besar telah terjadi dalam pencarian kehidupan di Mars setelah sebuah pendaratan sempurna berhasil dilakukan oleh pesawat penjelajah angkasa Schiaparelli, Rabu (18/10) waktu Jerman, atau dini hari waktu Indonesia. Pendaratan ini adalah pendaratan kedua dari percobaan Eropa setelah misi Beagle 2 gagal mendarat dalam sebuah 'kegagalan heroik' satu dekade lalu.
Schiaparelli yang berbentuk cakram dengan berat 577 kilogram ini adalah bentuk penerapan teknologi baru untuk pengembaraan Mars di 2020, yang berhasil mendarat dalam sebuah pendaratan yang sangat berisiko, namun hingga kini para ilmuan masih menunggu seperti apa daratan Mars.
Selama enam menit menapaki Mars, Schiaparelli yang diberi nama Giovani Schiaparelli ini mendarat dengan menggunakan parasut dan pendorong untuk memperlambat kecepatan yang mencapai 21 ribu km/jam.
"Kami masih harus menunggu sebentar lagi apa yang terjadi dari hasil tes pendarat ini. Namun sejauh ini misi pendaratan sukses," kata European Space Agency (ESA) Director General Jan Woerner yang berbicara di ESA Space Operation Centre, Jerman.
Nama Giovani Schiaparelli adalah seorang astronom asal Italia yang pada 1877 mulai melakukan pemetaan topografi di Mars, termasuk mempelajari Mars yang menjadi panduan manusia mengenal planet merah saat ini.
"Mars telah menginspirasi manusia selama berabad-abad," kata Jan kepada Reuters.
Schiaparelli adalah bagian dari program European-Russian ExoMars yang mengambil misi untuk mencari tanda-tanda kehidupan, baik saat ini ataupun di masa lalu. Britain Beagle 2 yang terbang pada 2003 tidak berhasil mendarat di Mars setelah melepas panel solar mereka saat pendaratan, dan tidak ada kontak sampai sekarang. (pit)