Lebih dari 100 ilmuwan terkemuka dan astronot seperti Dr Brian May dan Chris Hadfield telah menandatangani deklarasi yang meminta untuk memulai misi melindungi umat manusia dari serangan objek-objek luar angkasa yang berpotensi mengakhiri kehidupan bumi.
Tanggal 30 Juni sendiri dipilih karena bertepatan dengan jatuhnya asteroid terbesar yang tercatat pernah menghantam bumi di Tunguska, Siberia, pada tahun 1908. Hantaman asteroid Tunguska saat itu menimbulkan kerusakan dahsyat hingga radius 2000 kilometer persegi.
Tak pelak, khawatir dengan munculnya kejadian yang sama di masa depan, ilmuwan terus berupaya untuk meningkatkan pengawasan terhadap asteroid yang berpotensi menabrak bumi. Hingga saat ini, ilmuwan memang hanya mempunyai data sekitar 10.000 asteroid saja.
Padahal di luar angkasa terdapat jutaan asteroid yang diklaim dapat menghancurkan bumi setiap saat dan membuat kiamat semakin dekat. Tidak mengherankan bila sebuah organisasi pengamat asteroid, B612, mengungkapkan bila bumi sejatinya 10 kali lebih berpotensi dihantam asteroid dari pada yang diperkirakan sebelumnya.
"Semakin kita mempelajari dampak serangan asteroid, semakin jelas bila manusia bisa hidup sampai sekarang berkat waktu 'pemberian'," ujar Dr. Brian Maid, salah satu ilmuwan yang akan menghadiri konferensi asteroid tahun depan.
Lebih lanjut, ilmuwan sebenarnya sudah mempunyai teknologi untuk merubah arah lintasan asteroid agar tidak menghantam bumi. Namun semua itu akan percuma bila mereka tidak bisa memperkirakan kedatangan asteroid sebelumnya.
"Kami mempunyai teknologi untuk membelokkan asteroid, tapi itu akan berhasil hanya jika kita punya waktu bertahun-tahun sebelum asteroid itu sampai ke bumi," ujar mantan astronot, Dr. Ed Lu.
Oleh sebab itu, ilmuwan berancang-ancang untuk membuat teleskop luar angkasa yang untuk mengawasi asteroid. Teleskop itu rencananya akan di tempatkan di antara bumi dan planet Venus. Tetapi, apakah itu cukup untuk menghentikan asteroid-asteroid raksasa yang akan menyerang bumi?
0 Komentar