Peta topografi planet merkurius. kredit : NASA
Fenomena yang menjadi perdebatan di kalangan astronom selama beberapa dekade tampaknya benar-benar terjadi. Planet mungil Merkurius semakin mengecil. Para astronom menemukan lembah besar di Merkurius yang membuktikan lebih jauh penyusutan planet ini.
Lembah itu berukuran panjang sekitar 1.000 km, lebar 400 km, dan dalamnya mencapai 3,2 km. Dengan ukuran itu, lembah di Merkurius tersebut lebih besar dibanding Grand Canyon di Arizona dan lebih dalam dibanding Great Rift Valley di Afrika Timur.
Penemuan baru itu berdasarkan data-data dari misi wahana Messanger milik NASA yang meneliti planet terdekat dari Matahari tersebut.
“Berbeda dengan Great Rift Valley di Bumi, lembah besar di Merkurius tidak disebabkan oleh terpisahnya lempng litosfer dengan tektonik. Lembah itu disebabkan kontraksi global dari satu lempeng planet yang menyusut,” ujar Tom Watters, ilmuwan senior di Smithsonian National Air and Space Museum di Washington, D.C. Sebagai informasi, kerak Merkurius hanya terdiri dari satu lempeng, tidak seperti Bumi yang terdiri dari tujuh lempeng besar.
Merkurius merupakan planet terpadat kedua setelah Bumi, dengan inti logam besar yang menyusun hingga 75 persen diameternya. Inti tersebut perlahan mendingin sejak Merkurius dan planet lainnya terbentuk hampir 4,6 miliar tahun lalu.
Ketika Merkurius mendingin, bebatuan pada lempeng terdorong bersamaan, sehingga mencuat dan membentuk formasi mirip tebing yang disebut scarp.
Lembah raksasa pada Merkurius itu tampaknya terbentuk dari dua scarp besar dan paralel dari proses tersebut. Namun, dasar lembah yang berada di bawah daerah sekitarnya, menunjukkan bahwa lembah tersebut juga terbentuk melalui proses lain yang disebut “tekukan gelombang panjang”. Pada dasarnya, lantai lembah tersebut merosot ke bawah ketika bebatuan di sekitarnya saling dorong.
“Ada contoh serupa di Bumi yang melibatkan lempeng samudra dan benua, tetapi fenomena ini mungkin bukti pertama dari proses geologi semacam ini di Merkurius,” pungkas Watters.