Yelena Serova Astronot cantik asal Rusia
Para wanita di Bumi mungkin berfikir akan susah menjadi astronot jangka panjang di ISS karena mereka memiliki tamu bulanan.
Di atas sana, menjaga kebersihan pribadi pada umumnya tidak mudah, karena air yang tersedia untuk mencuci sangat terbatas.
Lalu ada masalah pipa: Sistem daur ulang air di ISS yang digunakan untuk mendaur ulang air dari urin - tidak dirancang dengan kemungkinan akan ada darah haid dalam bercampur dalam itu.
Jadi bagaimana para wanita mengatasinya?
Sebelum ada astronot wanita yang pergi ke luar angkasa dan mengalami menstruasi di sana, muncul spekulasi mengenai hal itu. Ada kekhawatiran darah haid bisa mengalir "mundur" akibat nol gravitasi. "Dan (darah) akan keluar di perut, menyebabkan peritonitis, dan hal-hal buruk akan terjadi," astronot Amerika, Margaret Rhea Seddo berspekulasi.
Namun teka-teki itu terjawab setelah seorang astronot wanita mengalami menstruasi pertama di luar angkasa. Ternyata kondisinya tak berbeda dengan ketika berada di Bumi.
Bisa dibayangkan bagaimana wanita memerlukan tampon/pembalut dengan tali yang mengeratkannya sehingga ia tidak melayang-layang. Hal ini tentu akan menjadi sangat memalukan bagi astronot wanita jika ia bekerja dengan “saus tomat” berceceran di udara. Atau yang lebih buruk, astronot wanita tak akan bisa berfungsi sama sekali ketika sedang mengalami menstruasi.
Dari pada membawa tampon dan karena sistim air di ISS sangat terbatas, para ilmuwan NASA lebih memilih untuk memberikan pil atau kontrasepsi pada astronot wanita. Dengan begitu, mereka tidak akan mengalami menstruasi sama sekali selama berada di angkasa.
Masalahnya, obat ini tentu memiliki efek samping meski tidak besar. Sebagian besar wanita juga memilih untuk tetap mengalami menstruasi setiap bulan untuk meyakinkan diri sendiri bahwa mereka “normal” dan “tidak hamil”.
Pil ini memiliki efek samping mengakibatkan gumpalan darah di kaki dan paru-paru dan menjadi kekhawatiran tapi penelitian tidak menemukan perbedaan dalam risiko kesehatan bagi perempuan minum pil terus menerus dibandingkan dengan mengambil selama tiga minggu pada suatu waktu.
Dikatakan juga, seorang wanita yang menghabiskan tiga tahun di ruang angkasa, misalnya untuk pergi ke Mars dan kembali, akan membutuhkan sekitar 1.100 pil, tetapi membuat bobot misi lebih ringan dibanding membawa tampon 1 kontainer. Hingga saat ini, belum banyak diketahui aspek psikologi bagi wanita yang bisa digunakan untuk mengatasi hal ini.