Definition List

header ads

Interaksi Planet Kerdil Pluto dengan Angin Matahari

Skema diagram interaksi Pluto dengan angin Matahari. Kredit: American Geophysical Union


Pluto mungkin merupakan planet kerdil, tapi hal tersebut tidak menyebabkan interaksi dirinya dengan angin Matahari terhenti. Para astronom menemukan, angin Matahari bisa menyapu atmosfer Pluto dan membuat si kerdil ini terlihat memiliki ekor seperti halnya komet.

Bumi memiliki lapisan atmosfer tipis bernama magnetosfer, lapisan atmosfer yang berinteraksi langsung dengan angin Matahari. Sementara Pluto memiliki magnetosfer yang lebih tebal, tapi masih relatif lebih tipis dibandingkan lapisan magnetosfer pada sebuah komet. Hal ini menempatkan Pluto pada kategori "menengah", di mana magnetosfernya adalah tidak tipis seperti sebuah planet, tetapi juga tidak selebar komet.

Penemuan itu dilakukan oleh sebuah tim yang dipimpin oleh Profesor David McComas. Mereka menggambarkan bagaimana Pluto memiliki ekor panjang berupa ion berat, mirip dengan magnetosfer Bumi, mereggang hingga lebih dari 120.000 kilometer.

Semenatra itu, lapisan luar dari ekor ion ini disebut "Plutopause," sebuah daerah di mana plasma dari Matahari berinteraksi dengan ekor Pluto. Plutopause diketahui memiliki lebar hanya beberapa ribu kilometer dari permukaan Pluto, dan ini menjadi alasan yang membuat Pluto begitu unik.

"Ini merupakan interaksi menengah, jenis interaksi yang sangat baru kami ketahui. Ini tidak seperti komet, dan juga tidak seperti planet. Pluto adalah sesuatu yang unik," kata McComas dalam sebuah pernyataan. "Kami sekarang telah mengunjungi 'sembilan' planet klasik dan telah meneliti semua interaksi atmosfernya dengan angin surya, dan kami belum pernah melihat hal yang terjadi di Pluto seperti ini."

Keunikan lingkungan sekitar Pluto sebenarnya telah dijelaskan sebelumnya, tetapi analisis terbaru ini telah menyediakan informasi lebih rinci tentang hal itu serta pengamatan pertama dari ion yang terlontar menjadi semacam ekor melalui atmosfer tipis Pluto. Sebuah makalah dengan hasil penelitian untuk hal ini telah diterbitkan dalam Journal of Geophysical Research: Space Physic.

McComas dan timnya percaya, ion yang membentuk ekor Pluto sebagian besar merupakan molekul metana yang bergerak pada kecepatan 90 kilometer per detik. Pengukuran ion juga menyebabkan penemuan lain: tingkat kehilangan metana hanya satu persen dari tingkat produksi metana yang terjadi pada permukaan Pluto.