Ilustrasi cincin debu yang mengelilingi bintang HD 181327. Kredit: Amanda Smith, University of Cambridge
Sebuah tim astronom internasional telah menemukan bukti terbaru adanya kumpulan es dan komet yang mengorbit sebuah bintang mirip Matahari yang berjarak tidak jauh dari Tata Surya kita. Penemuan ini bisa memberikan informasi sekilas tentang bagaimana Tata Surya kita berevolusi.
Menggunakan data dari Atacama Large Millimetre / submillimetre Array (ALMA), para astronom yang dipimpin oleh Amanda Smith dari University of Cambridge berhasil mendeteksi gas karbon monoksida dalam tingkat yang sangat rendah pada bintang yang diberi kode nama HD 181327. Tingkat karbon monoksida yang ditemukan ini mirip dengan jumlah yang dimiliki komet di Tata Surya kita.
Hasil penelitian yang disajikan pada konferensi bertajuk ‘Resolving Planet Formation in the Era of ALMA and Extreme AO’ di Santiago, Cile dinilai merupakan sebagai langkah awal dalam membangun dan mempelajari sifat-sifat awan dan debu komet yang mengorbit sebuah bintang mirip Matahari.
Komet pada dasarnya merupakan 'bola salju yang kotor' yang terbentuk dari es dan batu. Komet memiliki ekor debu hanya ketika es yang membentuknya menguap akibat berada di dekat sebuah bintang. Di Tata Surya kita, komet-komet dapat ditemukan di bagian tepi, bernama Awan Oort.
Komet Pembawa Kehidupan
Saat ini, dalam sains diyakini bahwa ketika Tata Surya kita pertama kali terbentuk, Bumi adalah planet gurun berbatu, mirip dengan bagaimana Mars saat ini, sebelum akhirnya sebuah komet bertabrakan dengan planet Bumi yang masih muda kala itu. Komet yang menabrak Bumi muda tersebut banyak membawa unsur dan senyawa, termasuk air, yang merupakan sumber kehidupan.
Sementara itu, bintang HD 181327, memiliki massa sekitar 30 persen lebih besar dari Matahari dan terletak 160 tahun cahaya di konstelasi Pictor. Sistem bintang ini diketahui berusia sekitar 23 juta tahun, sedangkan Tata Surya kita berumur 4,6 miliar tahun.
"Sistem muda seperti ini sangat aktif, dengan komet dan asteroid yang saling tabrak ke satu sama lain dapat membentuk sebuah planet bebatuan di sana," kata Sebastián Marino, seorang mahasiswa PhD dari Institut Astronomi Cambridge. "Sistem HD 181327 juga memiliki komposisi es komet yang mirip dengan yang ada di Tata Surya kita."
Citra cincin debu yang mengelilingi bintang HD 181327 dari ALMA. Kredit: ALMA, Amanda Smith
Menggunakan ALMA, para astronom telah mengamati bintang HD 181327 yang dikelilingi oleh cincin debu yang terbentuk akibat tabrakan antar komet, asteroid dan benda-benda luar angkasa lainnya. Kemungkinan adanya planet-planet yang mengorbit bintang ini cukup besar, tetapi planet-planet tersebut belum bisa dideteksi menggunakan teleskop saat ini.
"Dengan asumsi ada planet yang mengorbit bintang ini, planet-planet mungkin planet bebatuan yang masih muda, dan satu-satunya cara untuk melihatnya adalah melalui pencitraan langsung, yang pada saat ini kita hanya dapat melihat planet yang sangat besar seperti Jupiter," kata salah satu penulis makalah penelitian, Luca Matra, juga seorang mahasiswa PhD di Institut Astronomi Cambridge.
Tim astronom ini akan melajutkan penelitian mereka, dan untuk menemukan planet-planet yang mengorbit bintang HD 181327 mereka akan menunggu peluncuran Teleskop Antariksa James Webb pada tahun 2018 mendatang. Teleskop tersebut merupakan pengganti Hubble yang dirancang agar dapat mencitrakan planet asing yang berada jauh dari Bumi.