Karena musim dingin terjadi di kutub selatan Titan, sistem awan yang disebut pusaran kutub selatan (yang ditengah itu) telah membentuk, seperti yang terlihat pada gambar yang diambil thun 2013 ini.
Wahana antariksa NASA Cassini mendeteksi awan es besar yang tidak pernah terlihat sebelumnya di kutub selatan bulan terbesar Saturnus, Titan.
Fitur baru ini - bagian dari sistem awan yang dikenal sebagai pusaran kutub selatan - menunjukkan bahwa musim dingin di belahan selatan Titan lebih dingin dari yang diperkirakan, kata para ilmuwan.
Awan Es
Titan adalah salah satu bulan paling menarik di sistim Saturnus. Memiliki atmosfer teba yang didominasi nitrogen dan satu-satunya di objek di tata surya selain Bumi yang diketahui memiliki cairan stabil di permukaan.
Tapi laut di Titan terdiri dari etana dan metana, bukannya air. Banyak ilmuwan menganggap bulan ini sebagai salah satu taruhan terbaik di tata surya untuk menjadi rumah bagi kehidupan alien, meskipun setiap organisme yang ada di Titan akan sangat berbeda dari jenis yang berkembang di Bumi.
Titan juga menawarkan awan di atmosfer padatnya. Beberapa awan ini terletak dekat dengan permukaan bulan, sementara yang lain terletak lebih tinggi di langit nya. Pada tahun 2012, para ilmuwan menetapkan bahwa salah satu awan atas Titan terletak di ketinggian sekitar 186 mil (300 kilometer) di atas kutub selatan bulan, di stratosfer, daerah atmosfer yang stabil di atas lapisan cuaca aktif.
"Awan itu hanyalah puncak dari sebuah sistem awan stratosfer yang lebih luas yang telah terbentuk sekarang karenaTitan sedang menuju musim dingin selatan," kata Anderson.
Awan besar kedua baru-baru ini terlihat tergeletak jauh lebih rendah di atmosfer. Para ilmuwan meneliti komposisi awan ini menggunakan instrumen Composite Infrared Spectrometer (CIRS) Cassini, dan dengan melakukan percobaan laboratorium dalam kondisi seperti di Titan.
Tim menetapkan bahwa awan yang baru ditemukan ini terbuat dari senyawa mirip kabut hidrogen, karbon dan nitrogen, yang masing-masing berubah dari gas ke keadaan cair pada suhu yang berbeda. Walaupun komposisi awan ini mirip dengan awan yag terlihat pada tahun 2012, jumlah material mereka bervariasi, yang mengungkapkan ini adalah awan baru, bukan bentuk evolusi dari awan yang lebih tua.
"Awan ini baru dan terpisah," kata Anderson.
Awan baru ini terletak lebih rendah, pada ketinggian sekitar 124 mil (200 km), ketinggian yang tidak biasa bagi awan besar sepertiini. Lokasi yang lebih rendah menunjukkan bahwa suhu di Titan bahkan lebih rendah dari minus 238 derajat Fahrenheit (minus 150 derajat Celsius) seperti yang diperhitungakan pada 2012, kata para peneliti.
Di Bumi, awan terbentuk karena air menguap ke udara. Pada tingkat yang cukup tinggi, uap air mengembun menjadi awan dan akhirnya turun menjadi hujan. Sebagian besar awan hidrokarbon di Titan membentuk dengan cara yang sama.
Tapi itu cerita yang berbeda di sekitar kutub Titan. Ada sirkulasi gas atmosfer yang bergerak dari wilayah yang lebih hangat, wilayah yang mengalami musim semi (saat ini belahan utara Titan mengalami musim semi) ke selatan yang lebih dingin. Ketika gas mencapai wilayah dingin, mereka tenggelam, menghadapi suhu yang lebih dingin dalam perjalanan ke bawah. Meskipun beberapa gas keluar menjadi hujan, yang lainnya membeku menjadi lapisan atas di ketinggian yang berbeda, kata para ilmuwan.
Cassini tiba di Saturnus pada tahun 2004 (pada pertengahan musim dingin untuk wilayah kutub utara dan pertengahan musim panas untuk wilayah kutub selatan). Setiap musim di Titan berlangsung sekitar 7,5 tahun Bumi, sehingga wilayah kutub selatan bulan itu kini baru mulai transisi dari musim gugur ke musim dingin, dan masih akan terkunci dalam musim dingin ketika misi Cassini berakhir di bulan September 2017.
Awan es di sekitar kutub utara telah menghilang karena musim semi tiba, sementara awan baru telah terbentuk di kutub selatan. Perubahan secara keseluruhan menunjukkan bahwa arah sirkulasi global Titan perlahan-lahan bergeser, kata para peneliti.
0 Komentar