3 Mei 2017: Fase Bulan Kuartir Awal
Bila di akhir-akhir April hingga awal-awal Mei kita melihat Bulan sabit yang indah di langit barat setelah Matahari terbenam, pada 3 Mei 2017 Bulan akan mencapai fase kuartir awal atau yang disebut juga sebagai first quarter of the Moon.
Di langit Indonesia, Bulan kuartir awal sudah terlihat beberapa menit setelah Matahari terbenam, atau tepatnya mulai sekitar pukul 18.00 waktu setempat. Kala itu, Bulan kuartir awal sudah berada di ketinggian 68° di atas cakrawala utara daerah Anda.
Kemudian, Bulan kuartir awal bisa terus diamati sampai sekitar pukul 23.24 waktu setempat, saat ia terbenam di bawah ketinggian 8 ° dari atas cakrawala barat daerah Anda. Dalam fase ini, Bulan hanya tampak separuh saja karena separuh lainnya tidak diterangi oleh Matahari dalam pandangannya dari Bumi.
6 Mei 2017: Hujan Meteor Eta Akuarid
Setelah ada hujan meteor Lyrid pada 22 April 2017 kemarin, di awal Mei ini akan kembali muncul hujan meteor lain yang disebut Eta Akuarid. Terjadi pada rentang tanggal 24 April sampai 20 Mei, Eta Akuarid mencapai puncaknya pada 6 Mei 2017.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, intensitas hujan meteor Eta Akuarid dapat mencapai sekitar 40 meteor per jam (ZHR) bila diamati di langit yang gelap dan bebas polusi cahaya. Bila diamati di daerah dengan langit yang sudah tercemar polusi, jumlah meteor yang mungkin Anda lihat bisa lebih rendah dari 5 meteor per jam.
Untuk mengamati hujan meteor, kita tidak membutuhkan teleskop ataupun binokuler. Karena gerakan meteor yang cepat, maka pengamatan wajib dilakukan dengan mata telanjang. Carilah lokasi pengamatan yang area langitnya cukup lapang agar kita bisa menemukan meteor dari segala penjuru.
Biarkan mata Anda beradaptasi dengan langit gelap selama setidaknya 30 menit sebelum mendapatkan meteor pertama yang melesat indah. Titik radian hujan meteor ini adalah di rasi bintang Akuarius. Hujan meteor Eta Akuarid bisa diamati di seluruh Indonesia mulai tengah malam hingga Matahari terbit.
7 Mei 2017: Konjungsi Jupiter dengan Bulan
Sering melihat objek mirip bintang namun dengan cahaya yang lebih terang dan tidak berkelap-kelip di langit atas kepala saat beberapa menit setelah Matahari terbenam? Itu bukanlah bintang sejati, melainkan planet Jupiter!
Pada 7 Mei 2017, kita berkesempatan melihat Jupiter yang tampak dekat dengan Bulan di langit Bumi. Bulan dan Jupiter ini masing-masing merupakan objek langit paling terang kedua dan keempat, sehingga menemukannya akan sangat mudah walaupun dengan mata telanjang.
Di langit Indonesia, pasangan benda langit ini akan terlihat di langit senja hingga malam. Keduanya sudah dapat diamati mulai pukul 17.56 waktu setempat, ketika mereka berada di ketinggian 33° di atas cakrawala timur daerah Anda.
Bulan dan Jupiter kemudian akan mencapai titik tertinggi di langit pada pukul 21.42 waktu setempat, yakni di ketinggian sekitar 88° di atas cakrawala utara daerah Anda. Keduanya bisa terus diamati sampai sekitar pukul 03.15 waktu setempat saat mereka tenggelam ke bawah 8° dari atas cakrawala barat daerah Anda.
Pada saat momen konjungsi ini, Bulan akan bersinar terang dengan magnitudo -12.5, sementara planet Jupiter dengan magnitudo -2,4. Keduanya berada di rasi bintang Virgo yang sayangnya terlalu luas terpisah untuk muat dalam satu bidang pandang teleskop, namun akan terlihat dengan mata telanjang di seluruh Indonesia.
11 Mei 2017: Fase Bulan Purnama
Bulan Purnama untuk Mei 2017 ini jatuh pada tanggal 11, tepatnya pada pukul 04.43 WIB. Pada saat masuk fase Bulan Purnama, satu-satunya satelit alami milik Bumi kita ini bakal berada pada deklinasi -13°01' di rasi bintang Libra, jaraknya dari Bumi akan sekitar 404.000 km.
Fase Bulan Purnama terjadi ketika Bulan berada di titik oposisi terhadap Matahari, sehingga seluruh permukaannya yang menghadap ke Bumi tersinari sepenuhnya oleh Matahari yang sedang berada di seberangnya.
Setelah tanggal 11 Mei 2017 ini, Bulan akan terbit sekitar satu jam lebih telat setiap harinya. Fasenya pun akan berubah dari Bulan Purnama menuju Bulan benjol, lalu Bulan kuartir akhir, Bulan sabit, dan akhirnya menjadi Bulan baru atau mati lagi.
13 Mei 2017: Konjungsi Saturnus dengan Bulan
Inilah kesempatan menarik untuk mengamati planet Saturnus yang seolah tampak berada dekat dengan Bulan. Pada 13 Mei 2017, Bulan dan Saturnus hanya akan terpisah sejauh 3°04' satu sama lain, di mana Bulan telah berusia sekitar 17 hari.
Di langit Indonesia, pasangan benda langit ini sudah bisa diamati di langit timur mulai pukul 21.00 waktu setempat daerah Anda, yakni saat keduanya berada di ketinggian sekitar 17° di atas cakrawala timur daerah Anda.
Keduanya kemudian akan mencapai titik tertinggi di langit pada pukul 02.10 waktu setempat, yakni pada ketinggian 74° di atas cakrawala selatan daerah Anda. Kita bisa terus mengamati Saturnus dan Bulan hingga Matahari terbit.
Dalam padangan mata telanjang, Saturnus hanya akan tampak bagai bintang kuning keemasan terang yang tidak berkelap-kelip. Namun, bila diamati lewat teleskop, kita dapat melihat Saturnus lengkap dengan cincinnya persis seperti lingkaran pada gambar di atas.
Pada saat konjungsi, Bulan akan bersinar dengan magnitudo -12,4 dan Saturnus dengan magnitudo 0,1. Keduanya berada di rasi bintang Sagitarius.
19 Mei 2017: Fase Bulan Kuartir Akhir
Jika di fase kuartir awal yang tersinari Matahari adalah sisi timur Bulan, maka di fase ini yang tersinari adalah sisi barat Bulan. Dan fase kuartir akhir ini cukup spesial bagi umat Muslim, sebab fase ini merupakan tujuh hari menjelang bulan suci Ramadan.
Dalam memasuki fase kuartir akhir, Bulan akan lebih menonjol di langit menjelang terbit fajar. Satu-satunya satelit alami milik Bumi kita ini bakal terbit sekitar tengah malam, atau tepatnya pada pukul 23.54 waktu setempat (18 Mei), atau sekitar 5 jam 59 menit sebelum Matahari terbit.
23 Mei 2017: Konjungsi Venus dengan Bulan
Bulan dan planet Venus akan tampak seolah berdekatan di langit Bumi kita, terpisah hanya sekitar 2° satu sama lain. Ini menjadi kesempatan terbaik untuk melihat Venus yang sangat terang dan Bulan sabit yang cantik berduet.
Bagi Anda yang ingin mengamatinya, bangunlah lebih pagi. Sebab, pasangan benda langit ini akan terlihat di langit timur sebelum fajar. Mereka akan terbit pada pukul 02.54 waktu setempat, atau sekitar 3 jam 2 menit sebelum Matahari terbit.
Di momen konjungsi ini, Bulan akan bersinar dengan magnitudo -10,7 dan planet Venus dengan magnitudo -4,4. Keduanya akan bertengger di rasi bintang Pises. Dalam pandangan mata telanjang, Venus akan tampak bagai bintik sangat terang yang tidak berkelap-kelip.
Sayangnya, pasangan benda langit ini akan terlalu luas terpisah untuk sesuai dalam satu bidang pandang teleskop.
24 Mei 2017: Konjungsi Merkurius dengan Bulan
Belum pernah mengamati planet Mekurius? Wajar saja, sebab planet terdekat dari Matahari ini memang selalu berkedudukan dekat dengan sang surya. Namun, pada 24 Mei 2017, kita akan dipandu oleh Bulan sabit tua untuk menemukan Merkurius.
Bulan sabit tua dan Merkurius akan berada rendah di langit timur sekitar pukul 05.00 waktu setempat, ketinggiannya hanya sekitar 10° di atas cakrawala timur. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri untuk menemukannya. Pastikan pandangan ke arah timur Anda cukup luas dan tidak terhalang apapun.
26 Mei 2017: Fase Bulan Baru
Di tanggal 26 Mei 2017 ini, secara astronomis, Bulan sudah memasuki fase Bulan Baru atau yang dikenal juga dengan istilah New Moon. Di fase ini, kedudukannya adalah Matahari-Bumi-Bulan. Namun, karena orbit Bulan yang miring 5° terhadap ekuator Bumi menyebabkan gerhana Matahari tidak terjadi.
Bulan secara resmi masuk ke fase Bulan Baru pada pukul 02.46 waktu setempat daerah Anda. Karena posisinya membelakangi Matahari, maka Bulan tidak akan teramati dari Bumi. Bila para astronom dapat melihat Bulan sabit pertama dari fase Bulan Baru, atau yang disebut Hilal, maka ini menjadi awal dari bulan suci Ramadan yang mana menjadi bulan puasa bagi umat Muslim di seluruh dunia.