Definition List

header ads

Wahana Antariksa Tak Berawak Osiris-Rex Lepas Landas 9 September Lalu Untuk Mempelajari Astreoid Bennu

Pesawat antariksa nirawak Osiris-Rex. (NASA/Handout via Reuters)

Seperti yang diketahui pada awal Agustus kemarin, asteroid Bennu disebut-sebut berpotensi menghantam Bumi di masa depan layaknya film "Armageddon" garapan sutradara Michael Bay.

Dari pengumuman resmi NASA, Osiris-Rex siap meluncur ke luar angkasa dari Cape Canaveral, Florida pada 8 September pukul 19.00 waktu setempat, atau 9 September sekitar pukul 6.00 WIB.

Pesawat Osiris-Rex akan diboyong oleh roket Atlas V, di mana ia nantinya akan terbang solo saat telah mencapai ruang nol mikrogravitasi dan mengaktifkan panel surya yang disematkan di bodinya.

Osiris-Rex yang bentuknya menyerupai kubus itu akan menjelajah antariksa menuju Bennu dengan kecepatan 40.233 kilometer per jam. 

Bisa dibilang, misi Osiris-Rex hampir mirip dengan Philae sang pemburu komet 67P/Churyumov-Gerasimenko milik badan antariksa Eropa (ESA), sama-sama meneliti karakteristik dan memetakan permukaan batu luar angkasa.

Bedanya, Osiris-Rex tidak akan 'mati' di tubuh asteroid Bennu, melainkan ia direncanakan kembali ke Bumi untuk membawa sampel.

Jika tak ada kendala, Osiris-Rex bakal tiba di asteroid Benny pada Agustus 2018 mendatang. 

Lalu setelah menjalankan empat fase observasi Bennu, Osiris-Rex akan mendarat di Bennu untuk mengumpulkan sampel. Kemudian ia dijadwalkan pulang ke Bumi pada 24 September 2023.

Tentang asteroid Bennu

Asteroid Bennu selama ini melintasi orbit Bumi setiap enam tahun sekali dan dilaporkan sudah semakin dekat sejak ia ditemukan pada 1999.

Bennu memiliki ukuran diameter 487 meter dan bergerak di kecepatan 101 ribu kilometer per jam di sekitar Matahari.

Pada 2135, Bennu diprediksi bakal terbang melintas antara Bulan dan Bumi, yang notabene jaraknya sangat dekat berdasarkan ilmu antariksa.

Menurut profesor ilmu planet di Arizona University Dante Lauretta beberapa waktu lalu, jarak tersebut sangat dekat sehingga gravitasi dari Bumi bisa mempengaruhi orbit Bennu.

Sementara Profesor Mark Bailey dari Armagh Observatory di Irlandia Utara mengatakan, peluang ia menghantam Bumi bisa jadi kecil, namun signifikan.

Jika terjadi, kekuatannya setara tiga miliar ton ledakan masif, atau sekitar 200 kali lipat dari bom atom Hiroshima.

Kendati begitu, sejumlah ilmuwan lain telah mengimbau agar tak mengkhawatirkan Bennu dan menyambut baik niat NASA yang ingin mempelajarinya lebih dalam.

"Bennu itu asteroid yang mengandung zat karbon, peninggalan dari sistem tata surya purbakala yang penuh dengan molekul organik," jelas Lauretta.

Ia menyambung, "asteroid seperti Bennu kemungkinan tumbuh saat Bumi masih berusia dini, sehingga mampu mengorek bagaimana silsilah kehidupan bisa terbentuk."