Tiangong-1
Stasiun luar angkasa Tiangong-1 milik China sejak Juli kemarin dilaporkan telah kehilangan kendali. Badan antariksa China pun baru-baru ini mengatakan Tiangong-1 sewaktu-waktu bisa jatuh ke Bumi sekitar 2017.
Tiangong-1 adalah stasiun luar angkasa pertama China yang telah mengangkasa di orbit rendah Bumi sejak 2011 silam.
Pada kesempatan konferensi pers pekan lalu, otoritas badan antariksa China mengatakan bahwa Tiangong-1 telah menyelesaikan misinya dan akan 'mati' jatuh ke Bumi pada 2017.
Mengutip situs Time, pemerintah China tidak bisa memprediksi lebih lanjut mengenai lokasi pendaratan Tiangong-1 nantinya. Namun kira-kira ia akan jatuh pada pertengahan 2017.
Juru bicara badan antariksa China pun menjanjikan, bahwa kebanyakan bagian yang akan terbakar selama ia terbang jatuh dari angkasa adalah laboratorium antariksa. Dengan kata lain, bagian stasiun yang paling berat adalah yang tercepat terbakar.
Tiangong-1 memiliki bobot delapan ton dengan lebar 10,3 meter. Ia dianggap masih lebih kecil ketimbang Skylab dari NASA yang juga 'mati' dan meluncur kembali ke Bumi, yakni 25 meter dengan berat 77 ton.
Selain itu, stasiun antariksa lawas milik Rusia bernama Mir juga jauh lebih besar, yaitu panjang 30 meter dengan bobot 125 ton.
Tiangong-1 pun masih kalah kecil jika dibandingkan dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station/ISS) yang saat ini masih mengorbit. ISS memiliki panjang setara lapangan bola dengan berat 500 ton.
Tak sedikit pula yang berupaya meyakinkan bahwa jatuhnya Tiangong-1 tak seharusnya menjadi hal yang ditakuti. Semua berakar pada geografis Bumi yang 71 persen dipenuhi oleh lautan.
Kemudian 29 persennya adalah area yang tidak berpenghuni, lalu 10 persen dari situ baru kawasan yang memiliki penduduk.
Kendati begitu, banyak reaksi yang menyatakan, pihak China harus segera mempertimbangkan segala kemungkinan yang terjadi, serta melakukan persiapan terkait Tiangong-1.
Tiangong-1 yang memiliki arti Heavenly Palace atau Istana Surgawi awalnya bertujuan menjadi langkah pertama menuju terbentuknya ruang antariksa yang lebih luas di orbit Bumi pada 2020.
Namun baru-baru ini China telah meluncurkan roket Long March 7 yang berisi stasiun ruang angkasa kedua pada Kamis (15/9) tepat pukul 10 malam waktu setempat.
Stasiun baru menandai langkah maju China yang berambisi mengirim misi luar angkasa ke Mars di tahun-tahun mendatang.