Picture : istock.com
5 September 2017: Oposisi Neptunus
Planet Neptunus, planet kedelapan dari Matahari, akan mencapai titik terdekat dengan Bumi. Neptunus akan mencapai titik oposisi terhadap Matahari sehingga kedudukannya di tata surya adalah Matahari-Bumi-Neptunus berada sejajar atau segaris lurus.
Peristiwa ini tidak akan menimbulkan dampak negatif. Pada saa oposisi, jarak antara Bumi-Neptunus akan mencapai 28,94 AU atau sekitar 4,3 miliar kilometer, jarak terdekat yang bisa dicapai kedua planet di tata surya.
Sayangnya, Neptunus tidak bisa diamati dengan mata telanjang walaupun berada di jarak terdekatnya dengan Bumi. Hal ini disebabkan karena ia tidak memancarkan cahaya sendiri (hanya bintang yang memancarkan cahaya sendiri). Ditambah jaraknya yang jauh dari Matahari, kenampakan Neptunus menjadi terlalu redup.
Namun, pada saat oposisi, planet Neptunus akan muncul dengan diameter sudut sebesar 2,4 detik busur di langit malam serta tampak pada magnitudo +7,8. Bila diamati dengan teleskop, Neptunus akan tampak bagai bintik biru pucat.
6 September 2017: Bulan Purnama
Untuk September 2017, Bulan Purnama jatuh pada tanggal 6, yang bertepatan dengan 14 Zulhijah 1438 Hijriah. Bulan Purnama 6 September 2017 akan terjadi tepatnya pukul 14.04 WIB. Pada saat itu, Bulan akan berada pada deklinasi -08°03' di rasi bintang Akuarius. Jaraknya dari Bumi akan sekitar 384.000 km.
Namun, kita baru bisa melihat Bulan Purnama yang terbit ketika Matahari terbenam di sore harinya. Dengan begitu, posisi Bulan terhadap Matahari adalah 180 derajat, Bulan Purnama akan terlihat sepanjang malam mulai terbenamnya Matahari tadi hingga menjelang Matahari terbit esok hari.
9 September 2017: Hujan Meteor Piscid
Jarang mendengar nama hujan meteor ini? Wajar saja, sebab hujan meteor Piscid termasuk dalam jenis hujan meteor minor (berintensitas rendah). Hujan meteor ini akan mencapai tingkat maksimum pada 9 September 2017. Intensitasnya diperkirakan sekitar 10 meter per jam (ZHR).
Namun, intensitas ini mengasumsikan langit lokasi pengamatan sangat gelap. Dalam prakteknya, jumlah meteor yang mungkin Anda lihat bisa jadi lebih rendah bila lokasi pengamatan tercemar polusi cahaya.
Dari Indonesia, titik radian hujan meteor ini akan berada pada ketinggian 66° di atas cakrawala timur laut pada tengah malam. Ini berarti kita bisa mengamatinya mulai saat itu hingga menjelang Matahari terbit di pagi harinya.
11 September 2017: Konjungsi Planet Jupiter dengan Spica
Belakangan ini sering melihat objek mirip bintang namun sangat terang di langit barat saat senja? Itu adalah planet Jupiter. Walaupun sudah selalu tampak berada di dekat bintang Spica di beberapa bulan terakhir ini, pada 11 September 2017 keduanya akan mengalami konjungsi.
Planet Jupiter akan tampak sejauh 2,9 derajat dari Spica. Dua benda langit ini bisa diamati di langit barat saat senja. Untuk melihat Jupiter lebih jelas lengkap dengan satelit-satelit alami terbesarnya, Anda bisa menggunakan teleskop. Sebab dalam pandangan mata telanjang, Jupiter hanya akan tampak bagaikan bintang kuning terang yang tidak berkelap-kelip saja.
12 September 2017: Elongasi Tertinggi Merkurius
Inilah saat terbaik untuk mengamati planet Merkurius. Pada 12 September, Merkurius akan mencapai ketinggian 17,9 derajat dari Matahari, jarak sudut elongasi terjauh yang bisa dicapai Merkurius mengingat bahwa ia merupakan planet inferior.
12 September 2017, Merkurius akan terbit pukul 04.44 waktu setempat daerah Anda. Namun kala itu, posisi Merkurius masih terlalu rendah di atas cakrawala. Ia baru bisa diamati mulai pukul 05.30 pagi saat ketinggiannya sudah berada di atas 10 derajat. Gunakan teleskop atau binokuler untuk melihat Merkurius lebih jelas. Kita juga bisa memanfaatkan Venus untuk menemukan Merkurius.
18 September 2017: Okultasi Venus
Pernah mengamati okultasi Venus? Kami rasa belum, sebab okultasi Venus merupakan salah satu peristiwa langit yang cukup langka. Okultasi adalah peristiwa ketika Bulan menutupi benda langit jauh di belakangnya, bisa itu bintang, planet, nebula, bahkan galaksi.
Dalam hal ini, okultasi Venus adalah peristiwa ketika Bulan menggerhanai Venus sehingga Venus menghilang di balik Bulan. Pada 18 September 2017, sebagian wilayah Indonesia kebagian untuk mengamati peristiwa "gerhana" Venus ini.
Kami sebut sebagian karena okultasi Venus 18 September 2017 terjadi bersamaan dengan waktu terbitnya Matahari, atau bahkan sudah terbit Matahari. Sehingga, wilayah terbaik untuk menyaksikannya adalah Pulau Sumatra (kecuali Aceh) dan bagian paling barat dari Pulau Jawa.
Okultasi Venus akan berlangsung mulai pukul 05.41 WIB hingga pukul 06.55 WIB. Jadi, bangunlah mulai dini hari pada tanggal 18 September 2017 mendatang, Anda akan melihat adanya Bulan dan Venus yang terang di langit timur.
20 September 2017: Konjungsi Planet Venus dengan Regulus
Setelah digerhanai oleh Bulan pada 18 September 2017, planet Venus langsung berkencan dengan bintang Regulus, bintang megaraksasa biru paling terang di rasi bintang Leo, pada 20 September 2017. Kita bisa melihat keduanya di langit timur saat sebelum Matahari terbit.
Dalam pandangan mata telanjang, kita akan melihat Venus bagaikan bintang paling terang yang bersanding dengan Regulus yang tampak kebiruan. Kedua benda langit ini akan berada sejauh 0,6 derajat satu sama lain, sehingga akan sangat dekat dan muat dalam satu bidang pandang teleskop.
22 September 2017: Konjungsi Planet Jupiter dengan Bulan
Rendah di atas cakrawala barat saat senja tiba, planet Jupiter dan Bulan sabit muda akan tampak bersebelahan. Keduanya akan terpisah sejauh 4 derajat satu sama lain, cukup dekat untuk kita menyadari bahwa ada "bintang terang" di dekat Bulan sabit yang merupakan Jupiter.
Bisa diamati di seluruh Indonesia, namun pastikan pandangan ke arah barat Anda terbebas dari bangunan tinggi atau pegunungan. Sebab baik Jupiter dan Bulan sabit akan berada pada ketinggian 15 derajat dari cakrawala barat setengah jam setelah Matahari terbenam.
23 September 2017: Ekuinoks September
Apa itu ekuinoks? Sederhananya, ekuinoks adalah peristiwa ketika sumbu Bumi tidak terinklinasi terhadap Matahari, dan pusat Matahari berada di bidang yang sama dengan ekuator Bumi. Nama "ekuinoks" berasal dari bahasa Latin "Aequus" (yang berarti sama) dan "Nox" (yang bermakna malam). Karena selama ekuinoks, panjang siang dan malam akan sama; 12 jam.
Ekuinoks terjadi dua kali dalam setahun, yakni ekuinoks Maret dan ekuinoks September. Untuk tahun 2017 ini, ekuinoks September terjadi pada tanggal 23 tepat pada pukul 03.02 WIB. Oh iya, waspada terhadap hoax, ekuinoks tidak akan tidak akan menaikkan suhu Bumi hingga 40 derajat Celsius.
27 September 2017: Konjungsi Planet Saturnus dengan Bulan
Inilah peristiwa langit kesepuluh yang bisa diamati pada September 2017; konjungsi Saturnus dengan Bulan. Sesaat setelah Matahari terbenam tanggal 27 September, cobalah tengok langit atas kepala, Anda akan menemukan Bulan yang ditemani oleh satu bintang kuning terang. Bila diamati lewat teleskop, bintang tersebut ternyata merupakan planet Saturnus yang lengkap dengan cincinnya.