1 Februari 2017: Konjungsi Mars dengan Bulan
Februari tahun ini dibuka dengan konjungsi planet Mars dengan Bulan. Menurut KBBI, konjungsi adalah pertemuan atau papasan semu antara dua benda angkasa atau lebih dalam derajat rasi yang sama.
Dengan kata lain, di awal Februari ini kita bisa melihat planet Mars di dekat Bulan. Kedua benda langit ini hanya akan terpisah sekitar 2,3° derajat satu sama lain. Anda bisa mulai mengamatinya di langit arah barat sekitar setengah jam setelah Matahari terbenam.
Menariknya, Anda tidak hanya akan melihat Mars dan Bulan saja, melainkan ada planet Venus juga yang tampak terang di "bawah" atau di arah barat planet Mars. Ketiganya akan membentuk satu garis lurus di langit seperti pada gambar simulasi dari Stellarium di atas.
3 Februari 2017: Temukan Ceres di Dekat Bulan!
Bukan, ini bukan Ceres yang menjadi merek cokelat butiran, melainkan sebuah planet kerdil yang terletak di antara orbit Mars dan Jupiter. Di tanggal 3 Februari, planet kerdil Ceres hanya akan terpisah 3° dari Bulan sabit yang berusia 6 hari.
Sayangnya, Ceres akan terlalu redup untuk diamati dengan mata telanjang. Ia akan bersinar dengan magnitudo 8,9, sementara Bulan dengan magnitudo -11,5. Dengan begitu, untuk bisa menemukan Ceres di dekat Bulan, Anda membutuhkan teleskop.
Bagi Anda yang memiliki teleskop dan ingin menemukan Ceres, pasangan benda langit ini akan mulai terlihat di langit sekitar pukul 18:29 waktu setempat daerah Anda, di mana mereka akan bertengger di ketinggian 63° di atas cakrawala barat daya. Keduanya kemudian akan terbenam sekitar 4 jam 39 menit setelah Matahari terbenam, atau tepatnya pukul 22:53 waktu setempat.
4 Februari 2017: Bulan di Fase Kuartir Awal
Kuartir awal merupakan fase di mana Bulan akan tampak separuh bagian saja dari Bumi. Fase tersebut terjadi ketika Bulan telah berusia 7 hari, yang mana jatuh pada 4 Februari 2017 ini.
Untuk menemukan Bulan di fase kuartir awal, carilah ia di langit atas kepala pada sekitar pukul 18:29 waktu setempat. Bulan akan terus terlihat di langit dan mengalami gerak semu ke barat hingga 5 jam 32 menit setelah Matahari terbenam.
9 Februari 2017: Komet 45P Mencapai Puncak Kecerlangannya
Komet yang telah ramai diperbincangkan ini, 45P/Honda-Mrkos-Pajdusakova, diperkirakan akan mencapai puncak kecerlangannya pada 9 Februari. Komet ini akan bersinar dengan magnitudo sekitar 6,6, yang mana pada saat itu ia akan berjarak 0,95 AU dari Matahari, dan berjarak 0,09 AU dari Bumi.
Di langit Indonesia, komet 45P/Honda-Mrkos-Pajdusakova akan terlihat di langit barat sebelum fajar. Komet ini bakal terbit pada pukul 02:30 waktu setempat, atau sekitar 3 jam 26 menit sebelum Matahari terbit. Ketinggian maksimumnya dicapai pada pukul 05:04 waktu setempat, yakni di ketinggian 35° dari cakrawala timur laut.
Dengan magnitudo 6,6, jika ingin mengamatinya dengan mata telanjang, Anda harus berada di lokasi pengamatan yang bebas polusi cahaya. Diamati dengan mata, komet ini bakal tampak dengan rona kehijauan yang memukau.
11 Februari 2017: Gerhana Bulan Penumbra
11 Februari 2017, Bulan telah memasuki usia 15 hari. Dengan kata lain, ini merupakan fase Bulan Purnama. Fase purnama tersebut dicapai satu-satunya satelit alami Bumi kita ini pada pukul 07:34 WIB, di mana Bulan terletak pada deklinasi +13°09' di konstelasi Leo.
Ada yang spesial pada Bulan Purnama ini, yaitu Bulan akan memasuki bayangan penumbra Bumi sehingga terjadi peristiwa yang disebut gerhana Bulan penumbra. Tidak seperti jenis gerhana Bulan lainnya, gerhana Bulan penumbra butuh kejelian dalam mengamatinya.
Dalam peristiwa gerhana penumbra, Bulan hanya akan melewati sebuah wilayah bayangan terluar Bumi yang disebut penumbra. Ketika memasuki penumbra, kecerahan Bulan akan sedikit menurun, tapi tidak akan membuat gelap yang menimbulkan efek "gigitan" seperti peristiwa gerhana Bulan parsial.
Sayangnya, gerhana Bulan penumbra ini tidak bisa diamati di Indonesia. Gerhana akan berlangsung pada pukul 05:35 sampai 09:54 WIB, dengan puncak gerhana akan terjadi pada pukul 07:45 WIB. Bulan sudah terbenam di langit Indonesia dan langit juga sudah terang karena Matahari telah terbit.
15 Februari 2017: Konjungsi Jupiter dengan Bulan
Empat hari pasca-purnama, Bulan akan berkencan dengan planet terbesar di Tata Surya kita, Jupiter. Kedua benda langit ini akan tampak berdekatan 2°33' satu sama lain di langit timur sebelum Matahari terbit.
Tak perlu menunggu tanggal 15 Februari 2017, pasangan benda langit ini bisa diamati di langit timur mulai pukul 23:00 waktu setempat pada tanggal 14 Februari 2017, di mana keduanya akan berada di ketinggian 20° dari cakrawala timur. Jupiter dan Bulan kemudian akan mencapai titik tertinggi di langit pada pukul 03:38 waktu setempat (15/2), yakni 88° dari cakrawala timur.
Tidak punya teleskop? Tenang saja, Jupiter bisa diamati dengan mata telanjang. Ia akan tampak bagai bintang kuning terang yang tak berkelap-kelip di dekat Bulan pada saat konjungsi ini. Bulan akan bersinar dengan magnitudo -12,3, sementara Jupiter dengan magnitudo -2,3. Keduanya berada di konstelasi Virgo.
19 Februari 2017: Bulan di Fase Kuartir Akhir
Fase kuartir akhir hampir sama dengan kuartir awal; Bulan akan tampak separuh bagian saja. Bedanya, kali ini Bulan akan lebih menonjol di langit timur sebelum fajar, ia akan terbit pada tengah malam.
Bulan kuartir akhir sudah muncul di langit sekitar 6 jam 17 menit sebelum Matahari terbit, dan akan mencapai ketinggian 80° di atas cakrawala selatan sebelum menghilang dari pandangan karena arunika akan membirukan langit.
Pada saat fase kuartir akhir, Bulan akan berada di deklinasi -15°00', asensio rekta 15h56m10s, rasi bintang Libra, dan muncul dengan ukuran sudut 29'32".
21 Februari 2017: Konjungsi Saturnus dengan Bulan
Belum pernah melihat planet-bercincin-termegah Saturnus? Ini adalah kesempatan yang bagus untuk menemukannya di langit. Sebab, planet termasif kedua di Tata Surya kita setelah Jupiter ini akan berkonjungsi dengan Bulan.
Pasangan ini akan terbit di langit timur pukul 01:18 waktu setempat, 4 jam 39 menit sebelum Matahari terbit. Tapi, keduanya paling baik diamati mulai pukul 03:00 waktu setempat, ketika mereka berada di ketinggian 23° dari cakrawala tenggara.
Dalam pandangan mata telanjang, Saturnus hanya akan tampak bagai bintang kuning terang dengan magnitudo 0,2 di dekat Bulan. Untuk melihat cincinnya, Anda perlu teleskop. Keduanya akan berada di rasi bintang Ofiukus.
26 Februari 2017: Gerhana Matahari Cincin
Pada tanggal ini, Bulan akan lewat di depan wajah Matahari dalam pandangan dari Bumi, sehingga akan terjadi peristiwa gerhana Matahari. Namun, karena jarak Bulan dari Bumi bervariasi, dan pada tanggal 26 Februari 2017 ia akan terletak cukup jauh dari Bumi, yang terjadi adalah gerhana Matahari cincin.
Gerhana Matahari cincin ini sayangnya tak akan teramati di langit Indonesia. Jalur gerhana cincin, seperti yang ditunjukkan peta gerhana di atas, hanya akan melewati Angola, Argentina, Cile, Republik Demokratik Kongo dan Zambia.